Seorang teman menasehatiku untuk berhati-hati memilih aplikasi yang bertebaran gratis di Android Market. Sifat keterbukaan Android membuat semua orang leluasa membuat aplikasi dan memajangnya di pasar Android.
Akibatnya bisa diduga kalau akhirnya banyak aplikasi yang justru merugikan perkembangan Android. Virus dengan berbagai varian muncul dan membuat para pengguna was-was.
Meski demikian minat terhadap ponsel android tetap tinggi di tahun ini. Perkembangan penuualan ponsel ini makin meningkat dan mungkin akan terus meningkat. Mereka tetap tidak takut dengan munculnya berbagai aplikasi yang membahayakan ponsel mereka.
Aplikasi semacam Norton (Symantec) ataupun antivirus gratisan lainnya menjadi pilihan mereka. Peringatan dari Google tentang adanya aplikasi yang berbahaya juga mereka perhatikan dengan teliti, sehingga hanya aplikasi yang pernah dipakai dan diberi review bagus oleh pemakai sebelumnya yang mereka pilih untuk diinstall.
Google sendiri tidak tinggal diam, mereka juga mengadakan pemeriksaan lebih teliti terhadap aplikasi yang bertebaran di market mereka.
Boleh dikata untuk dunia ponsel, maka Android masih menjadi surga bagi yang tidak suka dengan tampilan standard ponsel mereka. Android market membuat ponsel mereka terasa lebih hidup dan lebih menunjukkan kepribadian dan gaya hidup mereka.
Dibalik semua itu, para pemakai ponsel Android mungkin tidak pernah berpikir betapa sulitnya membuat aplikasi yang berjalan di Android. Keberagaman ponsel android, ukuran layar dan kekhasan masing-masing ponsel, membuat kendala tersendiri bagi para pengembang android, tapi mungkin disitulajh justru menarikanya aplikasi Android.
Hal tersebut tidak berlaku untuk aplikasi yang berjalan di bawah IoS “apel krowak”. Ukuran layar yang typikal membuat para pengembang aplikasi Ipad bisa sekaligus membuatnya untuk keluarga apel krowak lainnya.
Bahlan ada yang memberi klaim bahwa aplikasi yang berjalan di Ipad dan di Android akan terasa lebih nyaman ketika dipakai di Ipad. Sayangnya mereka tidak menyebutkan aplikasi yang mana yang berjalan di dua sistem operasi itu yang lebih nyaman ketika berjalan di Ipad.
Aplikasi Waze terasa berjalan sama baiknya di Ipad maupun di Android. Baru terasa kelebihannya jika dibanding waze yang berjalan di platform Blackberry. Begitu juga Talking Tom terasa mirip di Android maupun di Ipad.
Membandingkan App Store dan Android Market memang harus juga melihat jenis gadget yang diperbandingkan. Akan sulit membandingkan aplikasi Endomondo atau RunKeeper yang berjalan dengan begitu baik di Android dengan aplikasi sejenis yang berjalan di Ipad.
Untuk gadget yang berbentuk tablet, maka tidak bisa dipungkiri lagi, Ipad adalah sang raja. Samsung Tab1 bukanlah tandingan Ipad, karena sisop yang dipakai masih Froyo dan belum Honeycomb. Hanya Honeycomb yang memang didisain untuk tablet, sementara itu Froyo maupun Ginggerbread yang ditanamkan di tablet hanya membuat kita seperti memegang ponsel dengan layar lebar.
Untuk dunia ponsel, nampaknya Android Market masih lebih menarik, sedangkan untuk dunia tablet, maka Ipad memang sang Raja yang masih belum tergoyahkan.
Akibatnya bisa diduga kalau akhirnya banyak aplikasi yang justru merugikan perkembangan Android. Virus dengan berbagai varian muncul dan membuat para pengguna was-was.
Meski demikian minat terhadap ponsel android tetap tinggi di tahun ini. Perkembangan penuualan ponsel ini makin meningkat dan mungkin akan terus meningkat. Mereka tetap tidak takut dengan munculnya berbagai aplikasi yang membahayakan ponsel mereka.
Aplikasi semacam Norton (Symantec) ataupun antivirus gratisan lainnya menjadi pilihan mereka. Peringatan dari Google tentang adanya aplikasi yang berbahaya juga mereka perhatikan dengan teliti, sehingga hanya aplikasi yang pernah dipakai dan diberi review bagus oleh pemakai sebelumnya yang mereka pilih untuk diinstall.
Google sendiri tidak tinggal diam, mereka juga mengadakan pemeriksaan lebih teliti terhadap aplikasi yang bertebaran di market mereka.
Boleh dikata untuk dunia ponsel, maka Android masih menjadi surga bagi yang tidak suka dengan tampilan standard ponsel mereka. Android market membuat ponsel mereka terasa lebih hidup dan lebih menunjukkan kepribadian dan gaya hidup mereka.
Dibalik semua itu, para pemakai ponsel Android mungkin tidak pernah berpikir betapa sulitnya membuat aplikasi yang berjalan di Android. Keberagaman ponsel android, ukuran layar dan kekhasan masing-masing ponsel, membuat kendala tersendiri bagi para pengembang android, tapi mungkin disitulajh justru menarikanya aplikasi Android.
Hal tersebut tidak berlaku untuk aplikasi yang berjalan di bawah IoS “apel krowak”. Ukuran layar yang typikal membuat para pengembang aplikasi Ipad bisa sekaligus membuatnya untuk keluarga apel krowak lainnya.
Bahlan ada yang memberi klaim bahwa aplikasi yang berjalan di Ipad dan di Android akan terasa lebih nyaman ketika dipakai di Ipad. Sayangnya mereka tidak menyebutkan aplikasi yang mana yang berjalan di dua sistem operasi itu yang lebih nyaman ketika berjalan di Ipad.
Aplikasi Waze terasa berjalan sama baiknya di Ipad maupun di Android. Baru terasa kelebihannya jika dibanding waze yang berjalan di platform Blackberry. Begitu juga Talking Tom terasa mirip di Android maupun di Ipad.
Membandingkan App Store dan Android Market memang harus juga melihat jenis gadget yang diperbandingkan. Akan sulit membandingkan aplikasi Endomondo atau RunKeeper yang berjalan dengan begitu baik di Android dengan aplikasi sejenis yang berjalan di Ipad.
Untuk gadget yang berbentuk tablet, maka tidak bisa dipungkiri lagi, Ipad adalah sang raja. Samsung Tab1 bukanlah tandingan Ipad, karena sisop yang dipakai masih Froyo dan belum Honeycomb. Hanya Honeycomb yang memang didisain untuk tablet, sementara itu Froyo maupun Ginggerbread yang ditanamkan di tablet hanya membuat kita seperti memegang ponsel dengan layar lebar.
Untuk dunia ponsel, nampaknya Android Market masih lebih menarik, sedangkan untuk dunia tablet, maka Ipad memang sang Raja yang masih belum tergoyahkan.
0 komentar :
Posting Komentar